Wednesday, October 28, 2015

Ra'uf



Panas. Haus. Capek. Mungkin hanya ketiga kata inilah yang dapat dengan tepatnya menjelaskan keadaan ku sekarang ini . Apabila aku tahu bahwa aku akan berakhir seperti ini, mungkin aku tak akan memisahkan diri dari khafilah . aku menyesal.
Namaku adalah Ahmed, keluarga ku adalah lah seorang pedagang bulu domba. Keluarga ku sudah berjualan bulu domba dari dahulu. Bahkan kakek uyut ku adalah seorang penjual bulu domba termansyur di tanah Arab ini. Keluarga ku tidaklah miskin, bisa dikatakan aku hidup dalam kemansyuran. Tetapi sebagai lelaki yang hidup dalam kemansyuran bisa dikatakan aku tidak seperti anak-anak lain yang hidupnya bersenang-senang. Aku dididik ayahku sebagai pekerja keras, kelak ketika aku besar nanti ayahku berharap agar aku bisa mengurus bisnis ku sendiri dan menjadi sukses. Maka dari itu aku sedikit jengkel pada ayahku. Disaat remaja lelaki lain berfoya-foya dan bermain dengan para gadis , aku harus bersusah payah melawan panas di tengah padang pasir . Aku dipaksa untuk ikut berdagang dengan pesuruh ayahku sejak umurku menginjak 14 tahun.  
Tetapi tahun ini aku berumur 18 tahun. Di mana, dalam tradisi keluargaku , ketika seorang lelaki sudah berumur 18 tahun, maka ia boleh memutuskan ikut atau tidak dalam rombongan khafilah yang pergi berdagang.
Tepat dua hari sebelum ulang tahunku , rombongan khafilah kami bersiap-siap untuk berdagang di negeri Persia. Aku belum pernah ke Persia sebelumnya, dan aku dengar tempat itu cukup jauh dari tempat tinggalku sekarang ini. Sebenarnya aku cukup enggan untuk mengikuti rombongan khafilah kali ini, apalagi pemimpin khafilahnya adalah Ra’uf. lelaki yang menurutku hanya berpura-pura demi mendapatkan harta bibiku.  
Ra’uf bukanlah seorang berada seperti diriku, ayah-ibu nya sudah lama meninggal. Ibu Ra’uf meninggal saat sedang melahirkan Ra’uf, sedangkan ayahnya meninggal ketika sedang berperang. Ra’uf kini tinggal bersama pamannya, Wahid. Pamannya adalah salah satu petinggi di jazirah Arab saat itu. Ra’uf sangatlah disayang pamannya. Pada saat Ra’uf berumur 24 tahun, Ra’uf bekerja pada bibiku, Salma, sebagai salah satu pedagangnya. Dikarenakan Ra’uf adalah seorang yang jujur dan baik tutur katanya, bibiku yang saat itu adalah seorang janda melamar Ra’uf. Bibiku dan Ra’uf pada akhirnya menikah dengan perbedaan umur 10 tahun. Ra’uf pada saat itu berumur 25 tahun dan bibiku, Salma berumur 35 tahun. Kini Ra’uf berumur 30 tahun, hal yang paling membuatku jengkel adalah pada usianya yang 30 tahun ini, ia dipercayai oleh keluargaku untuk memimpin rombongan khafilah. Ayahku saya dipercayai memimpin rombongan khafilah ketika usia nya menginjak 40 tahun. Ini sungguh tidak adil.
Terkutuklah rombongan khafilah ini. Kenapa kalian harus pergi berdagang dua hari sebelum hari ulangtahun ku ? tidak bisakah kalian pergi setelah ulang tahunku ? kalau begini aku jadi tak usah repot-repot ikut rombongan untuk berdagang. Tetapi yang namanya juga suatu tradisi, tidak bisa aku untuk melanggarnya. Mau tak mau aku harus ikut romobongan khafilah ini.
Kami pergi pagi sekali, ketika orang-orang terlelap dengan tidurnya, justru kami harus mengangkat kaki kami dan berusaha melawan kantuk. Dapat kulihat dari wajah-wajah para pesuruh mereka semua terlihat lelah, hanya Ra’uf lah yang terlihat bersemangat. Kutatap dia dengan penuh kebencian, dia pun melihat ku dan tersenyum. Aku pikir, apa-apaan senyum itu, aku yakin dia sedang meremehkanku sekarang. Aku benci Ra’uf.
Setelah 15 hari kami berjalan, sampai lah kami di tanah Baghdad. Masih ada setengah perjalanan lagi sebelum kami sampai di Persia. Kami sampai di Baghdad pada malam hari, selama di perjalanan aku sudah menyusun rencana bahwa aku akan melarikan diri dengan membawa persiapan makan yang cukup dan membawa salah satu onta untuk membawa keperluan punya ku. Toh aku sudah berumur 18 tahun sekarang, mereka kini tak bisa mengekangku. Sepanjang malam aku terus memikirkan rencana ini sampai aku pun gelisah tak bisa tidur. Keesokan harinya, pada pagi buta, ketika rombongan khafilah tertidur pulas aku pun bergegas pergi dari rumah singgah. Aku cukup percaya diri pada kemampuan ku membaca arah. Aku pasti tidak akan tersesat dalam perjalanan pulangku. Aku terus tersenyum dan terkekeh membayangkan reaksi rombongan khafilah yang mengetahui bahwa diriku sudah tidak ada dalam rombongan. Apalagi membayangkan muka bingung dan cemas Ra’uf membuatku cukup puas.
Sudah lima hari aku berjalan di padang pasir. Aku lelah dan tidak tahu harus berjalan kemana. Aku rasa aku sudah berjalan pada jalan yang tepat, namun aku tetap tidak menemukan petunjuk-petunjuk akan dekatnya aku dengan tanah arab yang ku kenal. Aku berjalan. Terus berjalan. Aku haus, aku lapar. Andaikan aku tidak lupa mengikat tali onta itu saat aku sedang tidur siang kemarin , mungkin dia tidak akan kabur. Dan lagi onta itu membawa persediaan makanan yang sudah aku siapkan. Sekarang , tanpa persiapan makanan dan minuman aku sungguh tak berdaya. Rasanya aku bisa saja mati disini.
Aku sudah tidak kuat. Sepatu ku rusak,  kakiku sudah melepuh dan berdarah akibat panasnya padang pasir. Bibirku kering pecah pecah, mataku hitam dan cekung dan keringat tidak henti-hentinya mengalir deras dari seluruh badan ku. Baju ku basah karena keringatku sendiri. Aku merasa kotor dan tak berdaya. Entah kenapa, aku memutuskan untuk memutar balik . Aku harus kembali ke Baghdad, pikirku. Mungkin badan ku ini akan kuat hanya untuk perjalan balik ke Baghdad. Aku tidak tahu apakah rombongan sudah pergi meninggalkanku apa belum, setidaknya aku bisa makan dan minum di Baghdad daripada aku haru berjalan selama 10 hari ke depan untuk kembali ke rumah, tidak ada yang menjamin akankah aku bisa selamat atau tidak untuk bisa kembali ke tanah jazirah Arab.
Aku pun memutar langkah kakiku, sepercik dorongan untuk bertahan hidup membuat ku bersemangat kembali. Aku pun terus berjalan ke arah Baghdad, berharap aku akan sampai sana tepat waktu. Aku terus berjalan, aku pun tidak peduli pada betapa sakitnya kakiku dan hausnya aku saat ini.
Malah hari pun tiba, baru kali ini aku melihat bintang bintang sangat indahnya , selama ini aku terus mengeluh terhadap keadaan ku , aku malu. Tak terasa air mata mengalir di pipiku, terasa hangat . mulutku terus berkomat kamit meminta ampunan dari-Nya. Sampai tak terasa aku pun sudah terlelap. Keesokan paginya aku pun melanjutkan perjalanan. Tepat pukul 12 siang, ketika mata hari tepat diatas kepala, panasnya sungguh menyengat di tubuhku. Aku merasa keadaan ku lebih buruk daripada kemarin.
Tubuhku bergetar cukup hebat, aku sudah tidak kuat, aku sudah tidak sanggup. Aku berpikir bahwa riwayatku akan berakhir disini, di tengah-tengah padang pasir yang aku pun bahkan tak tahu dimana . aku , seorang lelaki yang baru saja beranjak 18 tahun kini harus mati di tengah padang pasir, aku bahkan belum mempunyai khafilah dagangku sendiri yang selama ini aku cita-citakan. Aku rasa mimpi itu harus berakhir hari ini. Badan ku mulai lemah, kaki ku sudah tak sanggup menopang tubuhku. Aku pun jatuh tersungkur. Mata ini sudah susah untuk dibuka. Andaikan aku tidak meninggalkan khafilah ,mungkin aku masih bisa hidup. Mungkin aku sekarang sedang menikmati makanan dan minuman yang lezat. Tiba-tiba bayangan Ra’uf memenuhi pikiranku. Sebenarnya ia bukan lah orang jahat, aku saja yang jahat dan egois. Sebenarnya, aku hanya tidak ingin tersaingin olehnya. Perasaan bersalah kini memenuhi dadaku. Namun tidak ada yang bisa kulakukan sekarang. Yang ada hanyalah penyesalan.
drap..drap..drap.. Aku mendengar suara langkah kaki kuda. Semakin lama semakin dekat, aku tak tahu itu siapa. Bisa saja ia seorang penjahat gurun, atau seorang yang sedang berkelana. Tapi siapa pun itu, tolonglah aku! Dengan keadaan setengah sadar, aku mengumpulkan sisa energi ku untuk membuka mata dan melambai ke arah seseorang yang sedang menunggangi kuda. Kuda itu pun berhenti hanya beberapa centi dari tempat ku berada. Aku dapat merasakan kepulan debu yang menusuk wajah ku.
Orang yang berada di atas kuda itu turun, lalu menghampiriku. aku pun mengadah untuk melihat wajahnya. Samar-samar ku lihat wajahnya. Lalu orang tersebut membantuku untuk duduk dan ketika kulihat baik-baik wajahnya, terasa ada kesan yang begitu familiar dan hangat. Orang itu adalah Ra’uf.
Aku tak menyangka dari jutaan orang di tanah timur ini, justru yang menemukan ku adalah Ra’uf! saking malunya aku sampai tak bisa menatap Ra’uf. terbayang oleh ku wajah marah Ra’uf. Lalu dia mengeluarkan suatu benda, yang aku kira pisau. Lalu… ah.. terasa segar tenggorokanku. Ra’uf memberiku air minumnya. Tidak hanya itu, ia juga memberikan ku sebongkah besar roti.  Lalu tanpa pikir panjang langsung ku ambil roti itu dan memakannya. Disaat sedang menghabiskan rotiku, aku merasa Ra’uf sedang melihat ke arahku. Aku pun mulai ketakutan bahwa aku akan dimarahi habis-habisan karena telah meninggalkan khafilah seenaknya. Lalu aku mengumpulkan keberanian untuk melirik kearahnya. Namun aku tertegun melihat wajahnya. Aku hanya bisa terdiam dengan mulut menganga penuh dengan roti di dalamnya. Wajah Ra’uf tersenyum ! aku dapat melihat dengan jelas sosoknya. Seorang lelaki tegap berumur 40 tahunan dengan wajah sedikit terbakar tersenyum melihatku.
Lalu kutawarkan dia roti tersebut, “tidak buat kau saja, aku sudah makan tadi.”.  Padahal ia terlihat cukup lapar bagiku, aku melihat tangannya memegang perutnya sesekali. Setelah aku selesai makan, dia mengajakku untuk melanjutkan perjalanan . dia bilang kita sudah dekat dengan Riyadh.
Aku menunggangi kudanya sedangkan dia jalan menuntun kudanya. Saat malah hari tiba, aku tanyakan kepadanya kemana rombongan khafilah. Kulihat wajahnya tiba-tiba tersenyum , lalu ia berkata “ Rombongan sudah pergi beberapa hari yang lalu untuk melanjutkan perjalanan ke Persia.” , “Lalu siapa yang memimpin khafilah apabila engkau disini ?” tanyaku . “Aku meminta Oesman untuk memimpin khafilah kita untuk melanjutkan perjalanan ke Persia.” .Pada saat itu,banyak sekali pertanyaan yang ingin ku tanyakan kepadanya namun kutahan . lalu pada akhirnya ketika malam sudah makin mencekam, kami pun memutuskan untuk berkemah. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya “Kenapa kamu menolongku ? padahal kamu tahu bahwa aku sangatlah membeci dirimu.” Lalu jawabannya membuat aku tertegun “Karena kau adalah keluargaku. Aku tak peduli kau menyusahkanku.  Tapi kenapa  kau menyusahkan dirimu sendiri ?”. Tanpa sadar air mata mengalir deras di pipiku.

Thursday, October 22, 2015

Manusia dengan Cinta Kasih



·         Pengertian Cinta Kasih
          Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat. Dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Ungkapan cinta juga dapat digunakan sebagai bentuk luapan perasaan. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
          Lalu apa pengertian dari kasih ? kasih adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Perasaan ini akan timbul apabila manusia tersebut mempunyai rasa memiliki dan menyayangi. Kasih itu murah hati, mau mengerti, pemaaf, memberi dan ketulusan.
          Walaupun cinta dan kasih menagndung arti yang hampir mirip, namun terdapat perbedaan di antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangankan kasih lebih ke luarnya. Dengan kata lain, bersumber dari cinta mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
          Lalu apa sebenarnya arti dari cinta kasih itu ? cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab itu sendiri merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga dapat diidentifikasi sebagai suatu tingkah laku yang menguntungkan, bersifat positif dan dapat menciptakan kebahagiaan dan keserasian.



·         Cinta Menurut Ajaran Agama
               Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama, tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendabakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia. Dalam kehidupan manusia, cinta menempatkan diri dalam berbagai bentuk. Maka dari itu, cinta menurut pandangan agama di bagi atas beberapa bagian, yaitu ;

Cinta kepada Tuhan
Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Tuhan dan Kerinduan kepada-Nya . Tidak hanya dalam bentuk shalat, pujian dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya ditunjukkan kepada Tuhan dengan mengharapkan keridhaan-Nya.

Cinta kepada Rasul-Nya
Cinta kepada Rasul , lelaki yang telah diutus Tuhan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta menduduki peringkat nomor dua setelah rasa cinta kepada Tuhan. Ini dikarenakan , Rasul merupakan sosok sempurna bagi makluk hidup dalam bentuk tingkah laku, moral maupun hal-hal yang bersifat luhur lainnya.

Cinta kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh seorang individu membatasi kecintaannya hanya sebatas pada dirinya sendiri.  Ia pun harus menyeimbangkan cintanya dengan cinta kasih kepada sesame manusia lainnya seperti bekerja sama memberikan bantuan kepada orang lain.

Cinta kepada Diri Sendiri
Cinta kepada diri sendiri erat kaitannya kepada dorongan ingin melindungi diri sendiri. Manusia senang untuk tetap dapat bertahan hidup, mengembangkan potensi dirinya dan mengaktualisasikan dirinya. Manusia pun senang akan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan kepadanya dan membeci segala sesuatu yang membawa suatu kerugian kepada dirinya sendiri pula.


·         Apa Itu Kasih Sayang ?
          Kasih seperti yang dijabarkan sebelumnya adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Perasaan ini akan timbul apabila manusia tersebut mempunyai rasa memiliki dan menyayangi.
Sedangkan kata sayang dibentuk dari bahas Hindu, yaitu sa = satu dan hyang = Tuhan yang membetuk makna sebagai Tuhan yang satu.
          Bila diartikan lebih luas, kata sayang bermakna kasih Tuhan yang satu yang ada dalam setiap hati makhluknya.  Sayang juga dapat diartikan sebagai tulus. Tulus disini dapat mencangkup beberapa aspek, misalkan tulus berkorban dan bersikap apa adanya.
          Lalu dengan pendeskripsian yang terpisah antara kasih dan sayang dapat ditarik garis tengah bahwa kasih sayang adalah rasa yang timbul dalam diri hati yang tulus untuk mencintai, menyayangi, serta memberikan kebahagiaan kepada orang lain, atau siapapun yang dicintainya dan juga merupakan sikap saling menghormati dan mengasihi semua ciptaan Tuhan , baik makhluk hidup maupun benda mati seperti menyayangi diri sendiri yang berlandaskan hati nurani yang luhur.


·         Kemesraan
          Kemesraan berasal dari kata dasar “mesra”, yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan juga merupakan wujud kasih sayang yang mendalam terhadap sesama manusia. 


·         Pemujaan
          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pemujaan dapat berarti proses, cara, perbuatan memuja. Memuja disini dapat diartikan sebagai bentuk penghormatan terhadap wujud atau dzat yang paling tinggi seperti Tuhan ataupun para dewa.
          Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Ritual sendiri sangat erat kaitannya dengan suatu gerakan ataupun ucapan khusus yang memang sudah menjadi suatu kebiasaan suatu masyarakat yang menjalankan ritual tersebut. 


·         Belas Kasihan
          Belas kasihan, welas asih, atau kepedulian adalah suatu bentuk dari emosi manusia yang muncul akibat penderitaan orang lain. Emosi ini lebih kuat daripada empati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belas kasihan juga berarti perasaan iba atau sedih melihat orang lain menderita. Perasaan ini biasanya memunculkan usaha untuk mengurangi penderitaan orang lain dan memberikan suatu kelegaan terhadap orang-orang yang kurang beruntung .

·         Apa Itu Cinta Kasih Erotis
          Cinta kasih berarti  adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab.
          Kata Erotis sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu hal yang berkenaan dengan sensasi seks yang menimbulkan rangsangan. Erotis sendiri bersifat merangsang nafsu berahi.
Jadi, Cinta erotis adalah cinta yang cenderung mengarah kepada cinta kepada pasangan. Pada hakikatnya, cinta kasih tersebut bersifat eksklusif, bukan universal. Sedangankan pada cinta erotis lebih condong kepada cinta yang bersifat primitif. Cinta yang primitif disini mengacu pada kehausan akan penyatuan yang sempurna terhadap orang lain.
          Cinta erotis sendiri, apabila ia benar-benar cinta kasih, akan mempunyai satu pendirian, yaitu seseorang akan sungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya dan menerima pribadi orang lain apa adanya.

Tuesday, October 13, 2015

Puisi Kebudayaan



Berbeda
Dwi Aprillia

Ada bangsa barat
Dan ada juga bangsa timur
Aku, kamu, kalian
Kita semua berbeda

Kebudayaan mu lebih mementingkan ilmu
Sedangkan kebudayaanku?
Kebudayaan ku lebih peduli mengenai tata krama
Itulah mengapa kita berbeda

Tapi kamu tahu apa ?
Justru perbedaan itulah yang melengkapi kita
Aku belajar darimu
Dan kau juga belajar dariku

Tidak ada yang namanya paling hebat
Aku dan kamu sama saja
Kita sama-sama haus akan budaya
Itulah mengapa kita berbeda tetapi kita satu


Tema saya membahas mengenai adanya bermacam-macam budaya di muka bumi ini. Dan setiap budaya memiliki karakteristik yang berbeda. Justru perbedaan kebudayaan membuat kita agar lebih memahami mengenai kehidupaan dan kemanusiaan yang nantinya akan mendorong kita kepada kedamaian dunia. Maka dari itu, sebagai penikmat budaya, kita harus dapat menghargai budaya masing masing daerah yang memang sudah diwariskan turun temurun.

Wednesday, October 7, 2015

Manusia dan Kesusastraan



Pendekatan Kesusastraan
          Secara etimologi, kesusastraan berarti karangan yang indah. Kata sastra sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang berarti tulisan ataupun karangan.
          Menurut Goenawan Mohamad dalam bukunya yang berjudul Catatan pinggiran atau capin jilid 3 mengatakan bahwa kesusastraan adalah hasil proses berjerih payah , dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu : ini bukan sekedar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin.
          Jadi sastra itu sendiri adalah bentuk upaya manusia dalam mengekspresikan gagasannya yang berupa karangan maupun tulisan melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Lalu dalam mengkaji sebuah karya sastra, seringkali seseorang akan memfokuskan perhatiannya hanya kepada aspek-aspek tertentu. Karena hal tersebut, maka muncul berbagai macam pendekatan kajian sastra. Berikut adalah pendekatan dalam kajian sastra ;
1.       Pendekatan Mimetik
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra berupa memahami hubungan karya sastra dengan realitas atau kenyataan.

2.       Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra.

3.       Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini, tujuan tersebut dapat berupa politik, pendidikan , moral, agama dan tujuan spesifik lainnya. 

4.       Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur otonom dan bebas dari hubungan dengan realita, pengarang maupun pembaca. 

5.       Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang mengkaji dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini digunakan dengan memahami karya sastra secara close reading atau membaca tanpa melihat pengarangnya dan hubungannya dengan realitas. Tujuannya adalah untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur sastra yang sama-sama akan menghasilkan makna yang menyeluruh.  

6.       Pendekatan Semiotik
Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sistem tanda.

7.       Pendekatan Sosiologi Sastra
Pendekatan sosiologi sastra adalah perkembangan dari pendekatan mimetik. Pendekatan ini memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyrakatannya.

8.       Pendekatan Resepsi Sastra
Pendekatan ini mencoba memahami dan menilai karya sastra berdasarkan tanggapan para pembacanya.  

9.       Pendekatan Psikologi Sastra
Pendekatan psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksi yang terkandung dalam sastra. 

10.   Pendekatan Moral
Pendekatan moral lebih menitikberatkan karya sastra dalam memberika himbauan atau nasihat. 

11.   Pendekatan Feminisme
Pendekatan feminisme mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan adanya keadilan dalam eksistensi perempuan. 


Budaya Kesusastraan
          Budaya dinamakan basic humanities atau dasar kemanusiaan .Basic humanities sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu The Humanities, dan bahasa latin, Humanus yang berarti manusia, berbudaya, dan halus. Maka dari itu apabila kita mempelajari the humanities maka kita akan menjadi manusia yang berbudaya, dan halus.
          Hampir disetiap jaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusian seperti seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama. Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasannya adalah karena sastra menggunakan bahasa. Yang mana bahasa merupakan alat komunikasi antar individu dan juga merupakan alat untuk memenuhi kehendak manusia itu sendiri. 


Budaya dan Prosa
          Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang yang dimiliki suatu kelompok tertentu dan dapat diwariskan dari waktu ke waktu. Sedangkan  prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang berarti "terus terang". Prosa sendiri adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh ritme, irama maupun kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari.  Prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
          Dengan mengkaitkan Prosa dan Budaya, kita dapat memperoleh manfaat atau nilai yang terkandung dalam budaya itu sendiri. Dengan kita memahami prosa, kita dapat mengambil nilai yang terkandung dalam sebuah budaya. Beberapa kaitan antara budaya dan prosa antara lain kesenangan, informasi, warisan budaya, serta keseimbangan wawasan. 


Nilai-nilai Prosa Fiksi
          Prosa fiksi adalah prosa yang berbentuk karangan atau khayalan yang dibuat oleh pengarangnya. Isi cerita yang dibuat tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta yang terjadi. Contoh dari prosa fiksi itu sendiri adalah novel, cerpen, dongeng dan sebagainya. Oleh karena itu, saat membaca prosa fiksi, terkandung nilai-nilai tertentu. Yaitu;
·         Prosa fiksi memberikan kesenangan
Kesenangan yang diperoleh saat membaca fiksi adalah pembaca dapat menghayati dan ikut merasakan perasaan dan pengalaman sang penulis. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing. 

·         Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan semacam informasi yang tidak terdapat dalam ensiklopedia. Misalkan, dalam novel kita sering menjumpai wawasan-wawasan yang baru mengenai sejarah, kehidupan masa kini, kehidupan pada masa depan, maupun kehidupan yang sepenuhnya terdengar asing terhadap kita. 

·         Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasikan imajinasi dan merupakan sarana yang tepat sebagai tempat penumpahan ide-ide yang berlatar belakang budaya bangsa. 

·         Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi , seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman atau wawasan yang didapat saat membaca prosa fiksi tersebut. Hal ini juga memungkinkan pembaca untuk dapat memilih respon-respon emosional yang memang hanya terdapat pada prosa fiksi dan terkadang tidak terjadi di dunia nyata.


Hubungan Ilmu Budaya Dasar dengan Puisi
          Puisi adalah karya sastra hasil ungkapan pemikiran dan perasaan manusia yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh dengan makna. Puisi mengutamakan bunyi, bentuk dan juga makna yang hendak disampaikan. Suatu karya puisi yang baik memiliki makna yang mendalam, makna diungkapkan dengan memadatkan segala unsur bahasa.
Adapaun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi dalam ilmu budaya dasar, salah satunya adalah hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia. Perekaman dan penyampaian pengalaman suatu individu dalam sastra puisi disebut juga dengan pengalaman perwakilan. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki mengabadikan pengalaman hidupnya, dan bukan hanya dilupakan begitu saja.