Wednesday, October 7, 2015

Manusia dan Kesusastraan



Pendekatan Kesusastraan
          Secara etimologi, kesusastraan berarti karangan yang indah. Kata sastra sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang berarti tulisan ataupun karangan.
          Menurut Goenawan Mohamad dalam bukunya yang berjudul Catatan pinggiran atau capin jilid 3 mengatakan bahwa kesusastraan adalah hasil proses berjerih payah , dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu : ini bukan sekedar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin.
          Jadi sastra itu sendiri adalah bentuk upaya manusia dalam mengekspresikan gagasannya yang berupa karangan maupun tulisan melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Lalu dalam mengkaji sebuah karya sastra, seringkali seseorang akan memfokuskan perhatiannya hanya kepada aspek-aspek tertentu. Karena hal tersebut, maka muncul berbagai macam pendekatan kajian sastra. Berikut adalah pendekatan dalam kajian sastra ;
1.       Pendekatan Mimetik
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra berupa memahami hubungan karya sastra dengan realitas atau kenyataan.

2.       Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra.

3.       Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini, tujuan tersebut dapat berupa politik, pendidikan , moral, agama dan tujuan spesifik lainnya. 

4.       Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur otonom dan bebas dari hubungan dengan realita, pengarang maupun pembaca. 

5.       Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang mengkaji dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini digunakan dengan memahami karya sastra secara close reading atau membaca tanpa melihat pengarangnya dan hubungannya dengan realitas. Tujuannya adalah untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur sastra yang sama-sama akan menghasilkan makna yang menyeluruh.  

6.       Pendekatan Semiotik
Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sistem tanda.

7.       Pendekatan Sosiologi Sastra
Pendekatan sosiologi sastra adalah perkembangan dari pendekatan mimetik. Pendekatan ini memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyrakatannya.

8.       Pendekatan Resepsi Sastra
Pendekatan ini mencoba memahami dan menilai karya sastra berdasarkan tanggapan para pembacanya.  

9.       Pendekatan Psikologi Sastra
Pendekatan psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksi yang terkandung dalam sastra. 

10.   Pendekatan Moral
Pendekatan moral lebih menitikberatkan karya sastra dalam memberika himbauan atau nasihat. 

11.   Pendekatan Feminisme
Pendekatan feminisme mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan adanya keadilan dalam eksistensi perempuan. 


Budaya Kesusastraan
          Budaya dinamakan basic humanities atau dasar kemanusiaan .Basic humanities sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu The Humanities, dan bahasa latin, Humanus yang berarti manusia, berbudaya, dan halus. Maka dari itu apabila kita mempelajari the humanities maka kita akan menjadi manusia yang berbudaya, dan halus.
          Hampir disetiap jaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusian seperti seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama. Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasannya adalah karena sastra menggunakan bahasa. Yang mana bahasa merupakan alat komunikasi antar individu dan juga merupakan alat untuk memenuhi kehendak manusia itu sendiri. 


Budaya dan Prosa
          Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang yang dimiliki suatu kelompok tertentu dan dapat diwariskan dari waktu ke waktu. Sedangkan  prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang berarti "terus terang". Prosa sendiri adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh ritme, irama maupun kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari.  Prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
          Dengan mengkaitkan Prosa dan Budaya, kita dapat memperoleh manfaat atau nilai yang terkandung dalam budaya itu sendiri. Dengan kita memahami prosa, kita dapat mengambil nilai yang terkandung dalam sebuah budaya. Beberapa kaitan antara budaya dan prosa antara lain kesenangan, informasi, warisan budaya, serta keseimbangan wawasan. 


Nilai-nilai Prosa Fiksi
          Prosa fiksi adalah prosa yang berbentuk karangan atau khayalan yang dibuat oleh pengarangnya. Isi cerita yang dibuat tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta yang terjadi. Contoh dari prosa fiksi itu sendiri adalah novel, cerpen, dongeng dan sebagainya. Oleh karena itu, saat membaca prosa fiksi, terkandung nilai-nilai tertentu. Yaitu;
·         Prosa fiksi memberikan kesenangan
Kesenangan yang diperoleh saat membaca fiksi adalah pembaca dapat menghayati dan ikut merasakan perasaan dan pengalaman sang penulis. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing. 

·         Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan semacam informasi yang tidak terdapat dalam ensiklopedia. Misalkan, dalam novel kita sering menjumpai wawasan-wawasan yang baru mengenai sejarah, kehidupan masa kini, kehidupan pada masa depan, maupun kehidupan yang sepenuhnya terdengar asing terhadap kita. 

·         Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasikan imajinasi dan merupakan sarana yang tepat sebagai tempat penumpahan ide-ide yang berlatar belakang budaya bangsa. 

·         Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi , seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman atau wawasan yang didapat saat membaca prosa fiksi tersebut. Hal ini juga memungkinkan pembaca untuk dapat memilih respon-respon emosional yang memang hanya terdapat pada prosa fiksi dan terkadang tidak terjadi di dunia nyata.


Hubungan Ilmu Budaya Dasar dengan Puisi
          Puisi adalah karya sastra hasil ungkapan pemikiran dan perasaan manusia yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh dengan makna. Puisi mengutamakan bunyi, bentuk dan juga makna yang hendak disampaikan. Suatu karya puisi yang baik memiliki makna yang mendalam, makna diungkapkan dengan memadatkan segala unsur bahasa.
Adapaun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi dalam ilmu budaya dasar, salah satunya adalah hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia. Perekaman dan penyampaian pengalaman suatu individu dalam sastra puisi disebut juga dengan pengalaman perwakilan. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki mengabadikan pengalaman hidupnya, dan bukan hanya dilupakan begitu saja.

No comments:

Post a Comment